The Lost “I want to bring back the Lost those who have strayed away from Mother Church for whatever reason. I urge you to come back home . The Church needs you and you are restless until you rest in the bossom of our Mother. Here is where we need to go out in search of the sheep, bandage its wounds and carry it back on the shoulders.” The Last “The Last are the migrants in our Archdiocese, who have left everything in search of something better. I want to make them welcome, to know they have a safe place in the Church and that God loves them very much. We are hosts can play a more supportive and pro-active role in this area. We need to strengthen personnel and provide space for them.” The Least “The Least are the voiceless, the neglected, the oppressed, the forgotten of society. There is refuge and a place for everyone and the Church must speak out for them. We must provide and care for the weakest in our midst.” The Little “The Little are the Youth and the youngl who need a solid understanding of the Faith, preparing them for the challenges they will encounter . Therefore our catechesis must be re-visited, re-studied to ensure our youth know why they believe what they believe and be convinced of this Faith” Empat “L” Keempat-empat “L” di atas di harapkan akan membawa impak dan pengaruh yang besar ke arah perubahan pemikiran yang lebih holistik dalam mengintegrasikan ajaran Katolik dengan keadilan sosial dan hak-hak asasi manusia. Apabila kita mengamati setiap penerangan “L” di atas, Bishop telah menekankan beberapa aspek yang penting di mana gereja seharusnya mengambil berat dan perhatian yang lebih terhadap isu tersebut. Pertama adalah Migrant di mana ianya merupakan isu yang kritikal di negara kita. Kebanyakkan masyarakat di Malaysia masih mempunyai pandangan yang negatif dan prejudis terhadap Migrant di Malaysia. Kita seakan-akan lupa bahawa Migrant juga manusia yang mempunyai maruah dan nilai kehidupan di bumi. Penglihatan dan penelitian kita terhadap Migrant di kaburi dengan isu-isu yang sering kali kita dengar seperti pemberian kad pengenalan kepada Migrant, Migrant terlibat dalam jenayah dan kita sering terlepas pandang untuk melihat kepada sudut pandang yang lebih meluas dengan membuat renungan yang lebih holisitk tentang Migrant. Contohnya, kenapa Migrant mempunyai kad pengenalan? Adakah mereka menjadi mangsa kepada keadaan politik dan sistem di negara kita? Renungan-renungan seperti ini membantu kita untuk memahami kehidupan seorang Migrant. Pope Francis juga menyeru gereja Katolik dalam ucapannya semasa Hari Migrant Sedunia untuk melihat kepada keadaan seorang Migrant. Berikut adalah ucapan Pope Francis yang telah di siarkan oleh Vatican Council. “Pope Francis called on all to honor the “Biblical commandment of welcoming with respect and solidarity the stranger in need. Jesus Christ is always waiting to be recognized in migrants and refugees, in displaced persons and in exiles, and through them he calls us to share our resources, and occasionally to give up something of our acquired riches. Large numbers of people are leaving their homelands, with a suitcase full of fears and desires, to undertake a hopeful and dangerous trip in search of more humane living conditions. Such migration gives rise to eccelesial communities,prior to any knowledge of the migrants’ lives or their stories of presecution and destitution.” Ucapan ini menunjukkan pendirian Pope Francis terhadap Migrant di mana gereja seharusnya menyahut seruan Pope Francis dengan lebih terbuka. Bishop juga menyeru agar gereja memberi perhatian yang berat terhadap masyarakat yang di tindas dan menjadi suara kepada mereka yang tidak mempunyai peluang untuk menyuarakan hak-hak mereka. Panggilan ini merupakan satu cabaran kepada kita untuk melihat scripture Alkitab dan ajaran sosial katolik kepada satu dimensi yang lebih kreatif di mana kita tidak membaca dan melihatnya secara literal tetapi pembacaan yang lebih kepada reflective sehingga membawa kepada penghayatan yang lebih mendalam. Pembacaan yang lebih reflective akan membawa kepada satu analisa pemikiran yang kritikal di mana kita berkeupayaan menganalisa realiti seperti kenapa penindasan dan kemiskinan berlaku walaupun Tuhan sentiasa bersama kita? Kenapa sentiasa ada perang berdarah jika Tuhan adalah sumber segala cinta kasih? Kebolehan untuk menghubungkan scripture kepada realiti dunia yang penuh dengan masalah adalah sangat penting untuk menjadikan gereja sebagai alat pendukung kepada keamanan kepada mereka yang tertindas dan di pinggir. Selain itu, Bishop melihat anak muda Katolik mempunyai peranan yang sangat penting sebagai alat perubahan di gereja. Anak muda Katolik masa kini bukan lagi setakat menyertai acara koir, pembelajaran alkitab ataupun katekism tetapi anak muda Katolik di seru untuk mempunyai satu pemikiran yang kritikal di mana menyedari dan mempelajari bahawa terdapatnya penindasan dan masalah-masalah di sekeliling mereka. Anak muda Katolik mempunyai keupayaan untuk mengintegrasikan ajaran gereja Katolik dengan realiti dunia masa kini. Oleh itu,gereja seharusnya memberikan ruang kepada anak muda Katolik untuk terlibat dalam proses perancangan dan menentukan keputusan dalam mana-mana program dan pentadbiran gereja dengan menggunakan kreativiti anak muda itu sendiri. Sesungguhnya, empat “L” tersebut membawa makna yang sangat besar kepada gereja Katolik untuk menjadikan gereja sebagai alat kepada keamanan dan perubahan di dalam masyarakat dunia.
]]>